Manusia dan Kesadaran Berpikir
Berbagai pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar yang dilakukan manusia, membuat manusia mampu membuka rahasia alam yang ada di balik struktur yang tersembunyi.
Binatang yang Rasional
Fakta bahwa kita dapat berpikir menunjukkan bahwa manusia merupakan entitas yang memiliki kesadaran. Ada relasi internal antara kesadaran dan pikiran. Pikiran juga memiliki prioritas atas dunia. Tanpa pikiran tidak ada realitas eksternal. Dengan demikian pikiran terpisah dari dunia. Pikiran adalah entitas yang mandiri.
Pikiran sebagai Jembatan Penghubung
Kamu mungkin tidak bisa mengubah kenyataan, tapi kamu bisa mengendalikan cara kamu untuk melihat suatu kenyataan. Sikap kamu berada di bawah kendali diri sendiri. Tinggalkan yang negatif dan fokus pada yang positif!.
Memburu Nikmat
Kesanggupan untuk bersabar dan bertahan dalam pikiran yang positif merupakan dasar dari loncatan-loncatan manusia selanjutnya.
Sepintas Senyum Kehidupan
Semakin kamu memberi makan pikiranmu dengan pikiran-pikiran positif, semakin kamu dapat menarik hal-hal hebat ke dalam hidupmu. Berbahagialah agar diri menjadi yakin dengan kesanggupan kehendak yang berenergi.
Rabu, 16 November 2022
Titik Kritis Bahaya Kemanusiaan Dari Ancaman Kerusakan Lingkungan Hidup
Minggu, 13 November 2022
STRATEGI KOTOR DI BALIK DINASTI POLITIK
IPPMARY-News — Dinasti Politik telah mewarnai lanskap politik kita dewasa ini, perkembangan dinasti politik tidak terlepas dari lemahnya penegakan hukum serta minimnya pengawasan institusi terkait dalam rangka memastikan berlangsungnya laga elektoral secara jurdil yang melahirkan momen elektro gampang di susupi oleh kelopak tertentu dengan ambisi ingin mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan.
Seperti yang kita ketahui bersama, politik dinasti merupakan fenomena
politik yang ditandai dengan munculnya calon kandidat dari lingkungan keluarga
kepala pemerintahan yang sedang berkuasa.
Tren politik kekerabatan ini
sebagai gejala yang timbul akibat praktek politik yang melibatkan stakeholder
birokrasi kekuasaan maupun hubungan elektoral politik ditengah-tengah
masyarakat secara terbuka maupun tertutup (neo-patrimonialistik). Sayangnya
praktek patrimonial sudah menjadi rumpun beringin yang telah lama berakar
secara tradisional dalam kehidupan demokrasi kita yang mengutamakan regenerasi
politik berdasarkan ikatan genealogis, ketimbang merit system, dalam menimbang
prestasi sebagai buah demokrasi yang sehat.
Memproteksi perkembangan dan
prakteknya dinasti politik hari ini sudah barang tentu akan menumbuhkan lambung
oligarki politik yang memberi iklim demokrasi yang tidak kondusif diluar jalur
prosedural yang mengedepankan hak warga negara sebagai partisipan yang sehat
dalam memilih calon kepemimpinan sebagai harapan kesejahteraan.
Baca Juga : Pembagian Kekuasaan di Wilayah Desa Adat
Dinasti politik telah berevolusi
dari sistem kerja di dalamnya dengan segala peralatan kekuasaan yang melibatkan
elemen elite sebagai penggerak misi politik dinasti yang pada praktek awalnya
pengalihan kekuasaan sebagai pewarisan ditunjuk langsung oleh penguasa,
sekarang praktek tersebut dilakukan lewat jalur politik prosedural dan
konservatif tertutup (invesible hand), hal ini tentu menggambarkan penyakit
pada tubuh demokrasi.
Dampaknya tidak main-main, selain
matinya regenerasi kepemimpinan politik yang di sebabkan kekuasaan hanya
berkutat atau dikuasai oleh orang-orang yang mempunyai pertalian kekerabatan
atau berasal dari satu keluarga, di samping itu Politik dinasti akan berdampak
buruk bagi akuntabilitas birokrasi dan pemerintahan, karena cenderung serakah
dan berimplikasi kuat terjadinya praktek KKN.
Biasanya pola main atau strategi
politik dinasti sangatlah beragam, politik dinasti selalu berupaya untuk
merebut atau mempertahankan kekuasaannya dengan berbagai cara dan peralatan
kekuasaannya dengan basis modal (plutokrasi).
Berikut ini penulis akan menerangkan pola strategi yang sering dipraktekkan dan di gunakan oleh dinasti politik dalam memperoleh kekuasaan pada momen kampanye politik.
Money politik atau politik uang
adalah salah satu strategi bagi dinasti politik dalam mengamankan katung katung
suarah dari setiap dapil. Sudah menjadi rahasia umum politik uang telah
mewarnai jalan demokrasi kita hingga dewasa ini. Dengan bermodalkan ekonomi
atau Uang parah aktor Atau Rezim kekuasaan dapat leluasa melancarkan
strateginya dengan cara membeli suara dari kosetuen. Meski dalam prakteknya
hukum kita telah memberikan teguran bagi setiap pelaku politik agar tidak
menggunakan strategi ini di dalam laga elektoral sebagai mana di atur dalam
undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum (undang-undang pemilu),
pada Pasal 515 menyatakan “Setiap orang yang dengan sengaja pada saat
pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilu
tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat
suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan
denda paling banyak 36 juta". Selanjutnya dalam Pasal 523 Ayat 1, pasal 280
Ayat 1 dan 2. Namun aturan ini bisa dengan mudah di kelabui oleh para aktor politik.
Politik Klientelisme atau politik
patron Klain dapat dipahami sebagai relasi kuasa antara aktor politik yang
memberikan sesuatu (patron) dengan pihak yang menerima (klien) yang didasari
oleh pemberian loyalitas oleh penerima (paternalistik). Namun klientelisme tak
sekadar hubungan individual atau kelompok pemilih dengan politisi. Kadang
hubungan mereka terinstitusionalisasi. Ini juga menjelaskan fenomena dukungan
politik suatu kelompok terhadap calon tertentu. Hubungan ini mesti dipahami
dalam kerangka esensial dari klientelisme: quid pro quid, sesuatu untuk
sesuatu.
Devide et impera atau politik
pecah belah adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang
mempunyai tujuan memperoleh dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kumpulan
besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang semakin gampang ditaklukan. Dalam
konteks lain, politik pecah belah juga berupaya mencegah kelompok-kelompok
kecil untuk bersatu menjadi suatu kumpulan besar yang semakin kuat.
Untuk menghadapi perlawanan dari
penguasa lokal atau yang dikenal sebagai kekuasaan raja-raja di setiap desa
yang masih hidup kebudayaannya, para aktor dari dinasti politik tidak segan
menerapkan staegi politik devede et impera yang pertama kali dipopulerkan oleh
Julius Caesar dalam upaya membangun Kekaisaran Romawi. Strategi politik ini
kemudian di adopsi oleh pemerintah Hindia Belanda dalam menghadapi perlawanan
dari penguasa lokal bangsa Indonesia. Setelah sepeninggal Belanda strategi
politik ini masih saja kental di pakai sebagai jurus ampuh terutama bagi para
oligarki atau dinasti politik.
Akibatnya warga masyarakat ditengah-tengah kekosongan akan tumpulnya kesadaran politik, mengalami ancaman sosial yang berdampak pada ketidak-stabilan politik, ekonomi maupun keamanan. Parahnya, situasi yang timbul akbitat politik devede et impera ini tidak disadari oleh masyarakat sosial sebagai sebab utama dari produk design kekuasaan politik dinasti. Dinamika yang ditimbulkan dari keadaan semacam ini antara laih :
Menciptakan atau mendorong perpecahan dalam warga untuk mencegah aliansi yang dapat menentang kekuasaan mereka.
Membantu dan mempublikasikan mereka yang mau untuk memperagakan pekerjaan sama dengan kekuasaan yang berdaulat.
Mendorong ketidakpercayaan dan permusuhan antar warga.
Mendorong konsumerisme yang mempunyai kemampuan untuk melemahkan biaya politik dan militer.
Alhasil, dinasti politik
menjadikan partai sebagai mesin politik semata yang pada gilirannya menyumbat
fungsi ideal partai sehingga tak ada target lain kecuali kekuasaan. Dalam
posisi ini, rekruitmen partai lebih didasarkan pada popularitas dan kekayaan
caleg untuk meraih kemenangan. Di sini kemudian muncul calon instan dari
kalangan selebriti, pengusaha, “darah hijau” atau politik dinasti yang tidak
melalui proses kaderisasi.
Sebagai konsekuensi logis dari
gejala pertama, tertutupnya kesempatan masyarakat yang merupakan kader handal
dan berkualitas. Sirkulasi kekuasaan hanya berputar di lingkungan elite dan
pengusaha semata sehingga sangat potensial terjadinya negosiasi dan penyusunan
konspirasi kepentingan dalam menjalankan tugas kenegaraan.
Sulitnya mewujudkan cita-cita
demokrasi karena tidak terciptanya pemerintahan yang baik dan bersih (clean and
good governance). Fungsi kontrol kekuasaan melemah dan tidak berjalan efektif
sehingga kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuasaan seperti Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN).
Kamis, 10 November 2022
Pembagian Kekuasaan dan Langkah Konkrit Penyelesaian Sengketa Kepemimpinan di Desa Adat
Minggu, 06 November 2022
Sukses MAKRAB, Ketum IPPMARY Apresiasi Kinerja Pengurus
Selasa, 01 November 2022
Menyongsong Akhir Tahun, IPPMARY Lakukan MAKRAB Keilmuan
![]() |
Salah satu tujuan organisasi tak lain adalah memanusiakan manusia, dengan memberdayakan seluruh anggota dengan besic pengetahuan secara menyeluruh baik secara afektif maupun kognitif.
