IPPMARY-News — Mempelajari sejarah dan membaca sejarah adalah bukan hanya untuk menghafal tanggal, tahun, dan hari peristiwanya saja, akan tetapi mempelajari sejarah dan membaca sejarah adalah merupakan suatu kerja sadar dan refleksi akan eksistensi kita sebagai seorang pemuda dalam menangkap konteks dan substansi daripada nilai sejarah. Dalam perspektif Ibnu Khaldun sejarah cukup dijadikan sebagai metodologi dalam melihat situasi dan kondisi zaman, sejarah dalam perspektif Bung Karno adalah petunjuk untuk mengetahui sebab-sebab apa sebuah bangsa bisa mencapai kejayaan, dan sebab-sebab apa bisa mengalami kehancuran. Tiada kebebasan atau kemerdekaan suatu bangsa tanpa intervensi dan partisipasi kaum mudanya dalam melakukan terobosan-terobosan, baik di bidang pemikiran, literasi, maupun aksi pergerakan.
Momentum Sumpah Pemuda adalah hari dimana semua kaum muda Indonesia dapat bersatu dalam satu barisan, satu frekuensi perjuangan tanpa memandang batas teritorial, suku dan etnis.
Dengan inilah, benar apa yang dikatakan oleh seorang Filsuf India, Swami Vivekananda dalam Voice of Vivekananda "Sejarah dunia adalah sejarah dari segelintir orang yang memiliki keyakinan pada diri mereka sendiri. Keyakinan itulah yang memunculkan Kesucian dari dalam diri. Kau dapat melakukan apa saja, Kau hanya akan gagal bila tidak cukup berjuang untuk mewujudkan kekuatanmu yang tak terbatas. Seketika seseorang atau sebuah bangsa kehilangan keyakinan dirinya, kematian pun segera datang. Terlebih dahulu, percayalah pada diri sendiri, setelah itu baru mempercayai Tuhan".
Tugas pemuda tidaklah berada pada ruang teoritis, teks, dan terlarut dalam dunia humoris secara lama-kelamaan, akan tetapi selalu aktif dan ikut serta dalam mencetuskan ide-ide baru, gagasan-gagasan baru, dan menghidupkan saluran diskusi serta ruang diskursus Intelektual.
Dibawah ini akan sedikit kita telusuri sejarah perjuangan dan perjalanan sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928.
Sumpah pemuda (riwayat sumpah pemuda) ini berasal dari buah tangan Drs.Mardanas Safwan, seorang ahli sejarah kebangkitan nasional pergerakan nasional yang termuat dalam peranan gedung kramat raya dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928.
Sumpah pemuda yang lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, tidaklah merupakan kejadian sejarah yang berdiri sendiri. Kejadian ini bukanlah bunga api yang menyala secara sekaligus dan sekonyong-konyong, tetapi jauh sebelum tahun 1928 sudah terdengar suaranya. Pada waktu itu sudah tampak kegiatan yang menunjukkan adanya kedambaan terhadap persatuan dikalangan pemuda-pemudi kita.
Kejadian itu setapak demi setapak, menuju kepada gejolak yang menyala-nyala,yang pada suatu saat pasti akan menimbulkan api yang besar.
Baca juga : Dialog Publik Isu Kedaerahan Maluku
Apabila kita tinjau sejarah pertumbuhan persatuan dIikalangan pemuda,maka sebenarnya dapatlah dikatakan, bahwa jiwa persatuan itu tetap ada dan telah lama tertanam. Memang iktikad untuk bersatu itu sudah ada jauh sebelum tahun 1928, misalnya dari 1908 sudah ada budi Utomo, Sarekat dagang Islam, dan Sarikat Islam.
Tepat di tahun 1928 itulah lahir suatu sumpah atau ikrar suci dari berbagai komponen pemuda, mulai dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Timoree Verbond, Indonesisch Studieclub, Algemeene StudieClub, dengan satu
sumpah: Bertumpah darah satu, tanah Indonesia, berbangsa satu, Bangsa Indonesia, berbahasa satu, Bahasa Indonesia.
Sekalipun menuju kongres sumpah pemuda tersebut muncul beragam dinamika yang berdampak pada alotnya pengambilan sumpah, dari kongres pertama hingga hingga selesai, para pemuda tetap berdiri kokoh dalam menghadapi semua itu.
Adapun beberapa kejadian penting di sekitar tahun 1928, keadaan politik di Indonesia sekitar tahun 1926-1928 memang agak berat. Pada bulan november 1926 terjadi pemberontakan PKI di Banten, Jakarta dll di Jawa. Kemudian pemberontakan itu di ikuti oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia, misalnya di Silungkung (Minangkabau) Sumatera Barat.
Pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Jhr Mr.A.E.D.de graeff, memadamkan pemberontakan itu dengan tangan besi. Rakyat yang tidak berdosa juga ikut ditindas, rakyat merasakan kecemasan dan was-was.
Kehidupan ekonominya menjadi morat-marit, karena keadaan ekonomi pada umumnya tidak stabil.
![]() |
Berkaca pada penomena sejarah di atas Lantas apa yang mestinya kita lakukan hari ini sebagai seorang pemuda.?
Dalam hemat saya, Pemuda harus berada ditengah-tengah persatuan dan kebangsaan, tidak boleh berada diluar atau di pinggiran.
Pemuda harus menyertai dan mengikuti panggilan persatuan dan kebangsaan, sesudah itu baru dapat kita mengambil putusan apa yang diharapkan dari pemuda tentang persatuan dan kebangsaan itu.
Pemuda bukan meniru-niru pergerakan kebangsaan dari Eropa dan lain-lain negeri, tapi kita sendiri yang menghendakinya. Pemuda hatinya merdeka, dan jiwanya bebas, dalam dadanya tersimpan kemauan zaman baru dan kegembiraan masa depan.
Kemauan pemuda merupakan banjir yang tiada dapat dihambat, berdosa siapa yang berani menghambatnya. Pemuda tidak dapat menyingkirkan badan daripada cita-cita dan kewajibannya.
Pahlawan-pahlawan Eropa seperti Napoleon, Welington, Pieterzoon Coen di ajarkan kepada kita kegagahan dan kebesarannya.
Sebaliknya pahlawan-pahlawan kita seperti Diponegoro,Imam Bonjol, Pattimura, Nuku, Hasanuddin, dilukiskan sebagai orang yang kurang benar dan dalam udara kerendahan dalam pergaulan bangsa-bangsa.
Sekiranya darisinilah lahir sebuah spirit dan ide cemerlang untuk kebangkitan dari sosok pemuda seperti Moh.Yamin, Mr.Sunario, dll untuk mendirikan sebuah wadah sebagai pemersatu tanpa memandang etnis, suku, dan ras.
Melihat pada situasi pemuda saat ini, sangatlah jauh panggang dari api, bisa saja dikatakan banyak yang tidak memahami esensi dan filosofi daripada nilai luhur sumpah pemuda 1928.
Sumpah setia yang menjadi perekat hanyalah tinggal kenangan, banyak kaum muda yang terjebak dalam situasi dan magnet politik praktis, saluran komunikasi antar pemuda seolah hanya sebatas daerah masing-masing, mulai dari tingkat dusun, desa,kecamatan, hingga provinsi.
Di momen 28 Oktober 2022 ini semoga persatuan yang sobek dapat di jahit kembali oleh pemuda yang waras, rasional, dan kritis.
Penulis : Wawan Gifari Tanasale | Aktivis Pemerhati Sejarah
Editor : Rosal Wailissa
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda merupakan kontribusi pikiran untuk penulisan selanjutnya.